Sebagai salah satu sumber masalah dalam pencemaran lingkungan, sampah plastik memiliki sifat sulit terurai sehingga memungkinkan terjadinya penumpukan. Di Desa Asemdoyong, sampah plastik merupakan permasalahan yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Pasalnya, desa ini belum memiliki TPS (tempat penampungan sementara) sampah sehingga terjadi penumpukan dan pencemaran sampah di berbagai titik di desa.

Alat dan Bahan Pembuatan Eco-Paving
Melihat keresahan tersebut, M. Rony Asshidiqie, mahasiswa Teknik Sipil Universitas Diponegoro, menawarkan sebuah alternatif pengolahan sampah plastik menjadi barang yang memiliki nilai jual. Sampah plastik tersebut “disulap” menjadi paving block, yang kemudian disebut eco-paving. Dengan proses pembuatannya yang cukup mudah, diharapkan paving block dari limbah plastik ini dapat menaikkan ekonomi desa dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN)-nya, Rony mengenalkan ide brilian ini kepada masyarakat Desa Asemdoyong, terkhususnya Karang Taruna desa yang secara pribadi dinilai lebih bersemangat dalam berwirausaha dan berkreasi lebih. Pada hari Selasa (6/8), Rony melakukan pengenalan produk sekaligus memaparkan proses pembuatan eco-paving. Alat dan bahan yang diperlukan relatif mudah didapat; hanya memerlukan wajan bekas, cetakan paving block, dan kayu bakar, serta sampah plastik dan oli bekas. Dengan perbandingan sampah plastik dan oli bekas 2 : 3, pembuatan satu paving block memerlukan 1,5 kilogram sampah plastik dan 0,5 liter oli bekas.

Pemaparan Cara Pembuatan Eco-Paving kepada Karang Taruna Desa
Cara pembuatannya juga sangat mudah, hanya dengan melelehkan sampah plastik di wajan bekas selama 60 menit hingga menjadi bubur lalu mencampurnya dengan oli bekas agar lelehan plastik dapat melekat. Selanjutnya, lelehan plastik dituangkan ke dalam cetakan dan dipadatkan selama 60 menit.

Eco-Paving yang Sudah Jadi
Paving block berbahan plastik ini mampu menahan beban hingga 10 ton, dan sifatnya lebih awet dibandingkan paving block biasa karena terbuat dari bahan plastik yang sulit terurai. Dengan adanya program ini, diharapkan alternatif pengolahan limbah plastik ini bisa mendapat perhatian dari pemerintah desa untuk ditindaklanjuti sebagai salah satu upaya pemecahan masalah sampah di Desa Asemdoyong. Fay